THAILAND, ragamsoloraya.com – Denok Marty Astuti, S.E., pejuang sampah Kota Surakarta digaet Jepang, melalui The Institute for Global Environmental Strategies (IGES), mewakili Indonesia dalam forum Internasional bertajuk ASEAN SDGs Frontrunner Cities, yang merupakan East Summit Fourteenth, High Level Seminar on Sustainable Cities, yang digelar di Bangkok, Thailand, Selasa (26/11/2024) sampai Kamis (28/11/2024).
Menurut Denok Marty Astuti, dirinya dipilih Jepang sebagai wakil Kota Surakarta, yang terpilih mewakili Indonesia terkait perubahan iklim, di mana Kota Solo (Surakarta) menjadi bagian cukup unik di Indonesia sehingga terpilih oleh komite besar Jepang bernama IGES.
“Jepang itu tertarik dengan bank sampah di Solo karena masih mempertahankan lokalitas, seperti ditimbang menggunakan jarik dan lainnya,’ terang Denok Marty Astuti.
Ditambahkan pendiri Bank Sampah Induk Surakarta ini, satu tahun lalu IGES Jepang datang ke Indonesia, mencari beberapa kota kabupaten sampai terpilih Kota Surakarta, karena dianggap memiliki kegiatan pengolahan sampah di hulu, di mana hulu adalah sumbernya, termasuk dari rumah tangga, sekolah, rumah sakit, tepat ibadah, event, hotel, tempat kuliner dan lainnya.
Karena sudah dianggap memiliki pengolahan sampah sampai di hulu, IGES Jepang pun membantu mendirikan dan mengembangkan tujuh bank sampah unit baru, di mana sampai sekarang menjadi percontohan di Kota Surakarta.
Denok Marty Astuti menambahkan, kehadirannya sebagai narasumber di ASEAN SDGs Frontrunner Cities akan menyampaikan apa yang sudah dikerjakan di Bank Sampah Induk Surakarta, yang diharapkan menjadi inspirasi dan membawa dampak baik, tidak hanya Kota Surakarta tetapi juga di Indonesia.
“Setelah itu dapat diadopsi atau diduplikasi di banyak kota kabupaten di Indonesia dan kota-kota negara ASEAN dan Asia,” tutur Denok dalam perbincangan khusus dengan ragamsoloraya.com.
Tidak hanya untuk Indonesia, presentasi Denok terkait yang sudah dikerjakan di Kota Surakarta juga diharapkan dapat menginspirasi banyak negara untuk melakukan hal yang sama, karena sampah menjadi problem, isu global, internasional dan dunia, untuk segera diselesaikan.
Denok berharap, yang dilakukan dapat menjadi role model minimal bagi negara peserta yakni ASEAN dan Jepang, terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang nampaknya pengolahan sampahnya belum bagus.
Setelah kembali ke Kota Surakarta (Solo), Denok Marty Astuti berharap agar program yang dikerjakan tahun ini mendapat dukungan kembali di tahun depan, sehingga dapat meningkatkan level bank sampah unit menjadi kampung-kampung iklim, kampung yang selalu melakukan adaptasi dan mitigasi dari perubahan iklim.
Selain Denok Marty Astuti, ASEAN SDGs Frontrunner Cities, delegasi Indonesia juga diikuti Kristiana Hariyanti, A.Pi., M.Si., M.M., Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surakarta dan dua orang wakil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Semoga tulisan tentang Digaet Jepang, Denok Marty Astuti Wakili Indonesia di Forum Internasional, dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di ragamsoloraya.com.