SOLO, ragamsoloraya.com – Nama Kristo Immanuel adalah nama yang sudah tidak asing, terkhusus di kalangan Gen Z yang sering menonton konten di media sosial, di mana memiliki kemampuan luar biasa menirukan suara berbagai karakter terkenal.
Berawal dari cita-cita masa kecil ingin menjadi seorang sutradara, Kristo Immanuel mencoba membuat film pendek yang dibuat menggunakan gadget sang ibu, dibintangi adik dan keponakan, di mana di film pendek ini, Kristo mencoba berbagai teknik sederhana untuk bercerita.
“Waktu kecil, aku suka bikin film pendek sendiri, pakai handycam sama HP mama,” kenang Kristo.
Berpijak dari cita-cita menjadi sutradara inilah, kemudian membawa Kristo serius berkarir di industri film.
Sebelum menjadi konten kreator terkenal, Kristo pernah bekerja sebagai kurator di sebuah festival film, di mana pekerjaan ini memberinya pengalaman luar biasa dalam menonton berbagai jenis film dari seluruh dunia.
Sebagai kurator atau programmer, Kristo Immanuel mengaku bisa menonton hingga 100 film sehari, dari film pendek sampai feature, sehingga dapat memperluas referensi film dirinya.
Menonton film dari berbagai negara membuat Kristo memiliki wawasan yang kaya tentang sinema dunia, sesuatu yang diterapkan dalam karier kreatifnya saat ini.
Di tahun 2022, Kristo Immanuel dipercaya membintangi film The Big 4 (2022) yang tayang di platform streaming Netflix dan Sleep Call (2023) yang tayang di Prime Video. Film-film ini tidak hanya meningkatkan popularitasnya, namun juga memberi pengalaman berharga bekerja dengan tim produksi berskala besar.
“Tampil di film internasional memberikan pengalaman berbeda. Standar produksinya tinggi dan ini membuat aku semakin menghargai proses kreatif di balik layar,” jelas Kristo Immanuel.
Selain berakting, Kristo juga mencoba menjadi sutradara, di mana salah satunya adalah terlibat sebagai co-director dalam film Kaka Boss yang dirilis tahun 2024.
Diakui Kristo Immanuel, bekerja di balik layar memberi pandangan lebih mendalam tentang bagaimana sebuah film diproduksi dari awal sampai akhir.
“Menjadi co-director di film Kaka Boss benar-benar mengubah cara pandangku tentang pembuatan film. Ada banyak proses teknis dan kreativitas terlibat dan ini memperluas pemahamanku tentang sinema,” tutur Kristo yang juga pernah dipercaya menjadi assistant director di film Teka Teki Tika tahun 2021.
Kristo adalah pecinta film festival, karena baginya festival film merupakan tempat mengeksplorasi karya-karya yang mungkin tidak ditemukan di bioskop umum.
Menurut Kristo Immanuel, menonton film dari festival seperti belajar sinema dari berbagai perspektif, karena dapat melihat gaya dan pendekatan berbeda dari tiap negara.
Kristo Immanuel merasa senang karena festival film memberinya kesempatan menikmati sinema yang lebih eksperimental dan beragam.
Selain itu, Kristo Immanuel juga mengaku tidak dapat melupakan pengaruh film-film masa kecilnya yang mendorong membentuk minatnya di dunia film, yakni Narnia dan Petualangan Sherina. Dua film ini membuat bikin Kristo Immanuel merasa yakin jika dua film ini sangat seru dan membuat dirinya ingin lebih jauh terjun ke industri perfilman.
Untuk menambah pengalaman di dunia perfilman, Kristo juga tertarik mengeksplorasi teknologi motion capture dalam pembuatan film, di mana teknologi ini digunakan dalam produksi film-film besar seperti Planet of the Apes dan Avatar.
Kristo mengaku sangat terinspirasi dengan kemampuan teknologi ini dalam menghidupkan karakter-karakter digital yang terasa nyata, karena salah satu cita-citanya adalah membuat film dengan motion capture.
Tidak hanya aktif di film dan konten digital, pemilik nama lengkap Kristo Immanuel Caesar ini juga pernah menekuni dunia teater. Ia bahkan pernah tampil di beberapa pementasan teater di Jakarta.
Baginya, teater mempunyai tantangan tersendiri, berbeda dengan film, salah satunya di teater disebutkan Kristo Immanuel tidak ada ‘cut’, sehingga harus siap mental dan fisik.
Pengalaman ini membantu Kristo Immanuel dapat memahami karakter lebih dalam dan memperbaiki kemampuan aktingnya secara keseluruhan.
Kristo menyebutkan jika dirinya tidak memilih-milih genre film, di mana komedi sampai horor, semuanya dapat dinikmati. Beberapa film favoritnya adalah What We Do in the Shadows dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
“Aku suka banget film yang bisa menghibur tapi juga punya makna mendalam. Setiap genre punya kekuatannya sendiri,” jelasnya.
Keberagaman genre film menjadi salah satu hal yang membuat Kristo semakin jatuh cinta pada dunia sinema.
Sementara terkait keterlibatannya dalam Jakarta Film Week 2024 sebagai Festival Ambassador, Kristo Immanuel mengaku bangga karena festival ini merupakan kesempatan luar biasa untuk memperkenalkan dunia sinema kepada lebih banyak orang.
Kristo Immanuel berharap, Jakarta Film Week 2024 yang digelar bulan lalu dapat menjadi ajang untuk menambah wawasan sinema dan memperkaya referensi kreatif publik.
Semoga tulisan tentang Berawal dari Cita-cita, Kristo Immanuel Wujudkan Mimpi di Dunia Film hingga jadi Festival Ambassador, dapat bermanfaat bai para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di ragamsoloraya.com. (Astrid)