SOLO, ragamsoloraya.com – Brawijaya Hospital Saharjo, Jakarta Selatan kembali hadir di Kota Surakarta, berikan sosialisasi bagi masyarakat terkait perkembangan teknologi yang digunakan untuk penanganan dan upadate teknik operasi saraf kejepit, serta penanganan kanker.
Seminar kesehatan yang digelar Sabtu (16/11/20024) di Keraton Ballroom, Hotel Swissbell Saripetojo Surakarta ini disebutkan drg. Hestiningsih, S.E., M.A.R.S., Corporate Sales Director Brawijaya Healthcare, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya, tentang majunya teknologi dan perkembangan di dunia kesehatan.
Disebutkan Hestiningsih, sosialisasi ke luar Kota Jakarta ini sekaligus agar masyarakat lebih mengenal update terkini, bahwa Brawijaya Hospital adalah layanan kesehatan yang sudah banyak berkembang, seperti tindakan orthopedi dan tindakan minimal invasif.
Hestiningsih menyebutkan, sosialisasi ini untuk memberikan edukasi bagi masyarakat bahwa tindakan operasi di dunia kesehatan yang diterapkan di Brawijaya Hospital Saharjo tidak membutuhkan waktu pemulihan yang lama.
“Didukung teknologi dan kompetensi dokter, masyarakat kini tidak perlu melakukan pengobatan ataupun operasi ke luar negeri, karena Brawijaya Hospital Saharjo sudah memiliki teknologi maju,” ujar Hestiningsih.
Hestiningsih menambahkan, selama ini masyarakat masih memandang teknologi kedokteran di Indonesia masih tertinggal dibandingkan luar negeri, termasuk tenaga medis luar negeri yang dianggap lebih unggul.
Menurut Hestiningsih, keahlian tenaga medis Indonesia tidak kalah dengan luar negeri, termasuk tenaga medis di Brawijaya Hospital, sehingga dari sisi biaya dapat ditekan.
dr. Syafrizal Abubakar, Sp.BS., FINPS., FINSS., dokter spesialis bedah saraf Brawijaya Hospital menjelaskan terkait update teknik operasi pada syaraf kejepit yang dilakukan Brawijaya Hospital pada tulang lumbal dengan cara menggunakan teknologi minimal invasif (MIS) yaitu teknologi menggunakan sayatan ringan, kecil dengan ukuran kurang lebih satu sentimeter dengan di mana alat-alat yang masuk menggunakan alat minimal invasif.
Ditambahkan Syafrizal Abubakar, hasil pekerjaan menggunakan teknologi minimal invasif sangat, tidak merugikan pasien, di mana proses operasi hanya dilakukan selama satu jam, dengan masa perawatan dan pemulihan satu hari, sehingga pasien bisa segera melakukan aktivitas kembali.
Terkait teknik operasi ini, Syafrizal Abubakar merasa perlu melakukan edukasi hal-hal yang harus dihindari pasien setelah melakukan operasi.
“Pasien harus menghindari olahraga seperti lari, basket karena akan membuat penekanan-penekanan,” jelas Syafrizal Abubakar.
Sama seperti halnya penanganan pasien saraf kejepit, Brawijaya Hospital melalui dr. Perwira Widianto, Sp.B.,Subsp.BD (K) dokter spesialis bedah disgestif, juga memberikan update perkembangan penanganan kanker kolorektal yang juga menggunakan teknologi minimal invasif.
Semoga tulisan tentang Brawijaya Hospital Gelar Update Teknik Operasi Saraf Kejepit dan Penanganan Kanker, dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di ragamsoloraya.com. (Astrid)