KLATEN, ragamsoloraya.com – Yayasan Gita Pertiwi gandeng petani di Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, dan Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten belajar praktik regenerative agriculture atau metode pertanian berkelanjutan dengan cara meremajakan tanah, air dan sumber daya manusia.
Arifiani, tim Gita Pertiwi menjelaskan, pertanian regeneratif (Regenerative Agriculture) hadir sebagai solusi memulihkan kesehatan tanah dan ekosistem pertanian yang sudah mengalami degradasi, dengan menerapkan empat prinsip utama meliputi pengolahan tanah minimal, maksimalisasi penggunaan bahan organik dengan pengurangan saprotan kimia, manajemen air yang efisien dan regenerasi kapasitas petani.
Menurut Arifiani, tanah sebagai pondasi dari proses budidaya pertanian saat ini menghadapi tantangan serius akibat penggunaan input kimia berlebihan selama bertahun-tahun, sebut saja praktik pertanian konvensional di mana non organic chemical fertilizer, pesticide, herbisida yang digunakan secara intensif berpotensi memiskinkan tanah dari unsur hara alami, merusak struktur dan sifat-sifat biologis tanah.
“Perbaikan pola tanam, diversifikasi jenis tanaman, peningkatan aplikasi bahan organik, serta pengendalian hama ramah lingkungan menjadi kunci dalam memulihkan kesehatan tanah,” ujar Arifiani.
Ditambahkan Arifiani, metode pendekatan pertanian regenerative menjadi solusi menghadapi tantangan kesuburan tanah, sehingga untuk memastikan efektivitas pemulihan tanah, diperlukan metode pengukuran kesuburan yang bisa diandalkan dan dilakukan petani.
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) menjadi alat penting yang dapat digunakan langsung oleh petani untuk mengukur kadar hara tanah sawah, karena PUTS memungkinkan pengukuran status hara tanah meliputi nitrogen, fosfor, kalium, dan pH tanah secara praktis di lapangan.
Selain itu, Arifiani menyebutkan, analisis laboratorium yang lebih komprehensif juga dilakukan untuk mendapatkan data ilmiah tentang kandungan mineral makro, mikro dan karakteristik tanah lainnya.
Cara penggunaan alat ini cukup mudah bagi petani, hanya dengan mengambil 0.5gram sample tanah yang dimasukkan tabung reaksi menggunakan alat suntik, lalu menambah pengekstrak dan aduk sampai tanah dan larutan menyatu.
Setelah didiamkan selama 10 menit akan terjadi reaksi dan kandungan unsur hara tanah bisa dilihat dari corak warna, di mana apabila semakin terang, maka kandungan semakin rendah dan sebaliknya apabila warna semakin gelap maka kandungan hara tinggi.
Sebagai bahan pendukung hasil uji PUTS, analisis laboratorium yang lebih komprehensif juga bisa dilakukan untuk mendapatkan data ilmiah tentang kandungan mineral, unsur makro, mikro, bahan organik dan karakteristik tanah lainnya.
Analisa laboratorium ini dikatakan Arifiani sangat penting untuk mendapatkan validitas data kesuburan tanah dari pihak yang lebih berkompeten secara ilmiah.
Melalui sekolah lapang, petani tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik pembuatan pupuk organik, manajemen air dan penerapan budidaya sehat, sehingga kegiatan ini memberikan pengalaman kepada petani tentang cara mengelola lahan lebih berkelanjutan.
Sebagai bagian dari evaluasi dampak, petani juga dilibatkan dalam uji kesuburan tanah dengan PUTS sebelum dan sesudah kegiatan sekolah lapang.
Workshop yang digelar belum lama ini memaparkan hasil uji kesuburan tanah dan manfaatnya, di mana dengan uji kesuburan tanah petani bisa mudah mengetahui komposisi kandungan unsur hara tanah dan melakukan tindakan yang harus dilakukan.
“Manfaat penggunaan PUTS antara lain membantu menerapkan prinsip pemupukan berimbang, mengoptimalkan penggunaan pupuk, meningkatkan efisiensi, membantu menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang dan mengurangi biaya produksi,” terang Arifiani.
Arifiani menjelaskan, uji PUTS bertujuan untuk mengukur perubahan kualitas tanah petani dari kedua desa setelah dilakukan regenerative agriculture dan menentukan langkah budidaya berkelanjutan.
Hasil uji ini bisa memberikan gambaran pada petani untuk perbaikan kondisi tanah sebagai dampak positif dari praktik pertanian regeneratif.
Workshop ini diharapkan dapat membuat petani mengetahui hasil pengukuran kesuburan tanah dengan penerapan regenerative agriculture yang sudah dilakukan dan mendapatkan rekomendasi tepat untuk perbaikan budidaya. Dari keseluruhan kandungan unsur hara ini didapatkan hasil bahwa dengan penerapan regenerative agriculture menunjukan perbaikan unsur hara tanah.
“Tanah yang ada didaerah klaten sudah cukup subur, oleh karena itu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah berupa mempebaiki aerasi tanah dengan penambahan bahan organik.” Jelas Wiyono membaca hasil uji lab kesuburan tanah Desa Wangen dan Desa Pundungan.
Selain itu, dari workshop ini Wiyono memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk petani terhadap praktik budidaya pertanian mereka.
Sementara Ir. Wiyono, M.P., dosen Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta menyebutkan, unsur hara tergolong rendah dan sangat rendah pada tanah, sehingga perlu pemberian dosis lebih tinggi sesuai kebutuhan tanaman. Sedangkan untuk kriteria tanah dengan dosis tinggi dan sangat tinggi cukup diberikan pupuk organik.
Wiyono menjelaskan, solusi bagi lahan petani dengan kondisi tanah padas pada lahan sawah dapat dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk organik dan pupuk hayati yang dapat meningkatkan organisme tanah sehingga dapat membantu proses pelapukan tanah pada yang keras, selain itu organisme tanah dapat memperbaiki struktur aerasi tanah sehingga menjadi lebih subur.
Melalui workshop ini petani mendapatkan pengetahuan baru tentang kesuburan tanah dari praktik regenerative agriculture hasil uji PUTS, termasuk rekomendasi bagi petani sehingga bisa merumuskan cara menjaga keberlanjutan pertanian dengan pengaturan pupuk sesuai kebutuhan tanaman.
Salah seorang petani mengaku senang karena mendapatkan pengalaman saat didampingi Gita Pertiwi dan manfaat terutama dalam proses pembuatan pupuk organik diantaranya POC, Mol dan penanaman tanaman refugia.
“Berdasakan pengalaman ternyata mampu memperbaiki sturuktur tanah menjadi lebih baik,” tutur salah satu petani peserta workshop.
Dalam workshop ini petani telah melakukan praktik budidaya regenerative agriculture dengan memberikan respon positif sesudah mendapatkan manfaatnya. Tidak hanya tanah yang semakin subur, tetapi biaya produksi yang dirasakan petani jauh lebih hemat daripada penggunaan bahan kimia.
Semoga tulisan tentang Gita Pertiwi Gandeng Petani di Klaten, Ini yang Diajarkan, dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di ragamsoloraya.com. (Astrid)